Merenungkan Perjuangan dan Kerja Kerasnya Bapak-Ibu

Posted: February 7, 2012 in Cerita, Renungan

Di tulisanku kali ini, aku ingin mengajak teman-teman semua (khususnya untuk anak muda jaman sekarang, aku sih mah anak muda jaman dulu.. :D) untuk bisa sedikit merenung, pernahkah teman-teman sekali-kali merenungkan betapa beratnya ‘perjuangan’ dan kerja kerasnya Bapak-Ibu demi kebahagiaan teman-teman.

Miris sekali melihat anak-anak muda jaman sekarang, karena tidak sedikit dari mereka yang ketika permintaannya tidak dikabulkan (mis. pingin beli HP keluaran baru, pingin Gadget ini-itu, pingin dibelikan motor/mobil, minta uang saku yang banyak, beli sana, beli sini, minta ini, minta itu… atau minta dikawinkan, kalau ini mah nggak apa-apa asal sudah cukup umur lho) justru marah-marah, ngambek, pingin kabur dari rumah, dan menunjukkan sikap bermusuh-musuhan dengan orang tua sendiri, mengolok-oloknya seolah mereka adalah teman yang bisa seenaknya dicemooh, dan bahkan lebih-lebih di surat kabar tidak jarang kita temui berita jika anak sampai memukul dan membunuh orang tuanya. Naudzubillah…
MySpace
Tidak hanya itu, apalagi yang masih pelajar atau mahasiswa, sikap bermalas-malasan ketika sekolah/kuliah, nggak pernah belajar, suka bolos, senang tawuran, pacaran sana-sini sampai ke arah pergaulan bebas yang tidak jelas, hamil di luar nikah, dan lain sebagainya.

Sadarkah kita semua, justru perbuatan-perbuatan seperti itulah yang akan membuat orang tua teman-teman menjadi sedih dan membuat rugi diri teman-teman sendiri..

Hanya sedikit berbagi cerita dan kisah, based on my true story.

Aku sendiri lahir sebagai anak pertama dari 4 bersaudara. Papa seorang wiraswastawan (electronic service) yang tekun dan ulet, sedangkan Mama adalah seorang ibu rumah tangga yang baik hatinya sedunia. Meski saat itu keluarga kami hidup apa adanya (bukan yang semuanya ada, apalagi hidup pas-pasan… yang pas pingin mobil ada, yang pas pingin rumah ada itu bukan.. hehehe) tetapi kami selalu bersyukur dan merasa berkecukupan. Alhamdulillah ya (sesuatu)…

Merasa sangat kasihan sekali, melihat dari seisi rumah waktu itu hanya Papa saja yang bekerja pagi-siang-sore bahkan kalau sempat malam sekalipun, berusaha mencari rezeki yang halal meskipun hanya sedikit, yang kesemuanya itu untuk mencukupi kebutuhan kami ber-enam dalam menghidupi keluarga, dan menyekolahkan kami ber-empat. Keluarga kami memang harus ‘prihatin’, karena kita juga menyadari butuh biaya untuk sekolah dan kuliah tidaklah sedikit. Bekerja sebagai wiraswasta-wan apalagi di bidang jasa, tidak selalu menjanjikan dalam kesehariannya, terkadang hari itu bisa datang banyak customer tapi suatu saat bisa juga sepi, terkadang banyak juga sih sepinya :p. Ada yang susah untuk dikerjakan dan ada juga yang mudah, terkadang banyak juga yang susahnya.

Saking sederhananya, saat itu kami hanya punya Vespa aku lupa buatan tahun berapa, yang Papa gunakan kesehariannya untuk mengantar 2 adikku ke sekolah, mengantar ibu belanja, dan juga tentunya untuk pendukung kerja Papa ketika membeli spare part electronic (1 motor untuk berempat.. ^^). Dan satu lagi sepeda motor merk china (alias mochin) yang aku gunakan untuk berangkat kuliah bareng adikku hingga 4 tahun lebih (jelek tapi masih awet sampai sekarang.. :D). Malah pernah sewaktu masih SMP, ketika teman-teman memakai sepeda motor semua kita berdua pakai sepeda pancal, berboncengan berdua pula, sepeda yang boncengannya ada di belakang (kalau berduaan sama pacar mungkin romantis sekali, tapi ini sama adik, cowok lagi.. -_-!|). Tetapi kami tak pernah malu pernah melewati itu semua dan kami tetap bersyukur Alhamdulillah ya (sesuatu)

Saking sederhananya, saat itu makan ayam goreng (fried chicken) adalah sesuatu hal yang sangat istimewa untuk kami. Terkadang demi anak-anaknya Papa dan Mama rela tidak ikutan makan (Nasi Kotak) saat sepulang dari hajatan, mereka bawa pulang kotak nasi tersebut agar kita berempat bisa makan bersama ayam goreng itu… bahkan untuk tiap satu jenis kue saja kita bagi rata berempat supaya bisa merasakan semua… :D. Oleh karenanya kalau ada nasi kotak dari hajatan, tidak pernah hinggap lama di meja makan, apalagi snack untuk camilan.

Saking sederhananya, saat itu apapun kita lakukan untuk mencukupi kebutuhan dalam keluarga. Sewaktu masih mahasiswa aku gunakan waktuku tidak hanya untuk mencari ilmu di kampus, tapi terkadang juga aku gunakan waktu luangku untuk mencari uang saku tambahan, lumayan bisa ikutan membantu orang tua. Aku pernah jadi guru ekstrakurikuler elektro di sekolah swasta Islam, pernah juga mengajar les privat di rumah-rumah, ikutan kegiatan-kegiatan PKM (semacam lomba kreativitas mahasiswa, kalau usulan kita diterima oleh Dikti biasanya… kita dapat uang yang lumayan besar untuk mewujudkan proyeknya dan biasanya juga kita dapat sisa dananya..:D). Dari aktivitas ini semua, maka sejak saat itu (mungkin semester 2-an) aku tidak pernah meminta uang sepeser pun kepada Papa untuk membiayai uang semester kuliah. Karena juga lebih-lebih mulai semester itu aku dapat beasiswa terus-menerus. Alhamdulillah ya (sesuatu). Kata siapa kuliah harus memiliki banyak uang untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri ternama, semuanya sudah aku buktikan, asal ada niat, usaha dan kerja keras Insya Alloh bisa.

Di saat teman-teman sibuk dengan HP terbarunya, kadang dalam hati hanya bisa bergumam “Kapan ya… bisa punya HP seperti itu” mau minta ke orang tua jelas tidak mungkin, apalagi untuk hanya bilang ingin punya HP seperti itu saja ke mereka malah tidak tega, ini semua hanya akan menambah beban pikiran dan membuat Papa-Mama semakin susah. Alhasil sampai SMU pun, aku tidak punya HP, baru ketika kuliah aku memiliki HP, itupun aku dapat dari tanteku yang sudah rusak dan alhasil berhasil aku perbaiki. Sejak saat itu aku punya HP tuk pertama kalinya, karena bukan model yang terbaru, HPku sekarang menjadi lebih ‘kuat’, kuat untuk menahan malunya… 😀 (karena teman-temanku sendiri prihatin ketika melihat aku punya HP yang begitu jadulnya.. :)). Tapi aku tidak pernah malu memakainya (meskipun temanku merasa malu melihatnya.. hehe) dan tetap bersyukur, yakin saja Insya Alloh aku bisa punya yang lebih bagus dengan keringatku sendiri. Itu semua tidak penting, yang terpenting aku bisa berprestasi itu sudah lebih dari cukup (semangatku dalam hati). Toh sekarang kita akhirnya punya HP sendiri-sendiri (malahan tergolong Smartphone) dan tentunya dengan keringat sendiri juga.

Memang kita bukan dari keluarga yang kaya, yang berpangkat, tetapi yang patut bisa kami banggakan meski kami hidup sederhana dengan segala keterbatasan, kami tetap bisa berprestasi. Alhamdulillah ya.. kita semua sejak dari SD, SMP, SMA dan Kuliah, kami selalu diterima dan masuk di sekolah dan perguruan tinggi negeri favorit bukan karena biaya yang besar tapi karena prestasi. Nih juga piala-piala yg pernah kita dapatkan…

Kita percaya bahwa Gusti Alloh ora sare (Alloh tidak akan tidur), atas ikhtiar, doa dan kerja keras, akhirnya roda itupun berputar dan kesabaran kita berbuah suatu berkah. Aku dan kedua adikku sekarang ini sudah mendapatkan pekerjaan dan memiliki upah sendiri-sendiri yang bisa kita gunakan untuk membantu keluarga dan adik yang paling kecil.

Pesan Papa-Mama

Nak, yg rajin belajarnya ya, biar jadi orang pinter dan sukses nantinya. Papa-Mama nggak bisa membekalimu dengan harta, mobil, dan rumah. Cari semua itu dengan bekal ilmu yg kamu miliki. Papa-Mama akan selalu mendoakan kalian agar tercapai semua cita-cita yang kalian impikan.

Comments
  1. Wulan says:

    hebat banget kak … mungkin.aQ bisa teriinspirasi dari telling story kakak yang ini keren kak postingannya
    kakak kulyah jur.tekhnik electro ea ????

  2. Semoga bermanfaat, siip.. 😀
    Iya bener, jurusan teknik elektro.

  3. Dikky says:

    Bermanfaat Dan penuh perjuangan, terkadang Baru kerasa sekarang Mas, setelah menjadi seorang Ayah bahwa menjadi Kepala keluarga ITU luar biasa tanggung jawab Dan bebannya, tapi jadikan semuanya Ibadah, InshAlloh barokah Dan lelah menjadi pahala. Amin yra

Leave a comment