Cerita jalan-jalan ke Bandung (part II) ini sebenarnya merupakan lanjutan dari kisah jalan-jalanku ke Bandung yang sebelumnya pernah aku tulis, kalau ingin melihat keseruan cerita sebelumnya bisa klik di sini.
Sebenarnya tujuan aku pergi ke Bandung ada yang jelas dan ada sebagian yang gak jelas-jelas banget, mirip wajahku kalau dilihat dari atas Monas *_*, apalagi kalau waktu malam hari. Ini beberapa tujuanku jalan-jalan ke Bandung :
1. Refreshing hati dan refreshing mata
Ntah kenapa setelah sampai di kota yang terkenal dengan sebutan Paris van Java ini, seolah-olah aku merasa ada yang beda dan enak untuk dilihat, atau karena setiap yang aku lihat adalah pemandangan semua, dan semua pemandangan itu rata-rata pegunungan, mulai dari gunung yang terlihat di pematang sawah sampai ‘gunung kembar’ yang terlihat banyak di tempat-tempat obyek wisata…. (nah lho gunung kembar apaan yang ada di tempat obyek wisata.. :D), dan yang jelas udaranya sejuk dan dingin, itu yang paling aku suka.
2. Survey mojang Bandung
Banyak orang bilang selain pemandangan alamnya yang bagus, cewek-cewek Bandung juga cantik-cantik atau istilah Sundanya mojang-mojang Bandung itu geulis-geulis euy… (*padahal dalam bahasa jawa geulis itu pengucapannya jadi gelis, yg tidak lain artinya gelis = cepat, jadi nggak ada salahnya bisa diartikan bahwa cewek-cewek Bandung itu cepat-cepat, emang atlet pelari cepat apa… -_-” maksa hehehe). Kesimpulan dari akulturasi bahasa Sunda dan Jawa, jadinya cewek-cewek Bandung itu cantik-cantik dan rata-rata adalah atlet pelari cepat… (*tetap masih maksa -_-” gabungin arti yg malah tidak bermakna).
Hasilnya memang benar apa kata orang sebagian besar cewek di Bandung (atau Sunda) itu cantik-cantik, bisa atuh dijadikan referensi teman pendamping hidup… 😀 hehehe. Gak salah kalau kota ini akhirnya dijuluki Kota Kembang. Hanya saja study bandingku waktu itu tidak sampai meneliti lebih lanjut tentang kehidupan mereka karena nggak bisa lama-lama di sana. Bagiku kecantikan fisik bukanlah satu-satunya hal yang mutlak, melainkan kecantikan hati yang paling penting… *cieeelaa, tapi kalau bisa menemukan dua-duanya kenapa tidak… *maunya
*oh ya foto yang di atas itu bukan aku sendiri yang ambil tp aku ambil dari internet, aku mana berani coba ngambil foto kaya gitu, takutnya setelah foto’in mereka malah aku nanti dikejar-kejar minta tanda tangan lagi.. 😀
3. Berkunjung ke Gedung Sate
Dulu ketika waktu aku masih kecil, pertama kali mendengar istilah Gedung Sate yang terlintas dipikiranku itu macem-macem, pernah terlintas gedung sate itu gedung yang di dalamnya digunakan untuk tempat berjualannya sate dan isinya penuh dengan orang-orang Madura… 😀
+ =
Eh setelah usut punya usut aku baru tahu kalau gedung sate itu bukan tempatnya orang jualan sate atau semacam tempat kuliner gitu tapi ternyata tempatnya orang yang suka makan sate… hehehe *eh salah lagi ya. Ternyata yg benar adalah merupakan Gedung Pemerintahan Gubernur Jawa Barat, jadi kesimpulannya jauh sekali dan tidak ada hubungannya dengan orang Madura dan makanan sate.
Sebenarnya dari awal tidak ada rencana mau jalan-jalan ke Gedung Sate, tapi lha koq malah kesasar ke sini. Memang beginilah kalau orang tidak punya rencana, hidupnya kaga’ jelas. Pesan moral:“Mumpung masih muda, marilah buat impian dan rencana masa depanmu agar hidupmu kelak lebih terarah”
4. Cari warung makan
Jauh-jauh ke Kota Kembang, aslinya aku juga mau pindah warung makan dari Jakarta ke Bandung (alias mau kuliner) sekalian pindah tempat WC.. hehe. Siapa sangka ternyata perjalananku ke Gedung Sate tidak sia-sia, karena tepat di depan gedung itu ada area yang sangat luas, banyak juga orang-orang dari berbagai usia, mulai dari kakek-nenek, pak de-bu de, anak kecil, orang dewasa, muda-mudi, pria-wanita sampai waria… :D. Mungkin menurut aku tempat ini biasanya aku kenal dengan nama alun-alun, tapi ternyata orang bilang itu adalah Gazebo… (mungkin karena tempatnya yang Gak Zelas Boo’). Berbagai macam aktivitas juga banyak ditemui, ada yang main bola, ada yang jualan makanan, ada yang pingin foto-foto (red: narsis), ada orang yang cuman mampir cari WC, bahkan sampai ada juga yang memadu asmara (red: pacaran) dipojokan-pojokan… hadeeh -_-“. Makanya itu aku tidak heran kalau tempat ini akhirnya diberi nama Gazebo (Gak Zelas Boo’).
Setelah lama muter-muter gak jelas lihat-lihat lokasi di situ, saatnya mau cari sesuatu yang bisa di makan. Jauh-jauh ke sini aku gak mau cari makanan yang biasa-biasa saja dan sering ditemui di Jakarta, maunya sih makan makanan yang aneh-aneh khas Bandung gitu, seperti tai kucing selai keju, es duren sari air liur, atau saus kepiting bumbu ingus (*kalau ada). Akhirnya nemu juga makanan yang aneh dan ini pertama kalinya aku makan makanan ini, “Tahu Gejrot” namanya (meskipun di Jakarta sepertinya juga ada ya). Meskipun isinya hanya tahu, jangan salah harganya bisa sampai Rp 5.000,- per porsinya.
Tahu Gejrot termasuk makanan yang memiliki kategori kejam dan penuh aksi anarkis, karena tahu yang begitu lugunya langsung disobek-sobek bercerai berai begitu saja, setelah itu digilas-gilas dengan cobek tapi tidak sampai hancur. Bagi orang yang tidak terbiasa melihat aksi yang kejam seperti ini, jangan sekali-kali melihat proses membuatnya apalagi melototi orang yang jual. Kemudian tahu itu siap disajikan dengan bumbu yang mereka bikin dengan bawang merah, campuran air asam ditambah gula merah. Pertama coba memang enak sekali sampai 3-4 lahapan, tapi lama-kelamaan ternyata rasanya bikin orang jadi bete, seperti tiba-tiba tersambar petir di siang bolong.
5. Silaturahim ke rumah Saudara
Kisah perjalananku di Bandung tidak akan berjalan mulus kalau tidak ada saudara di sana, untung dengan ada saudara di sana aku bisa mencari referensi dan bantuan. Tapi sejak saat itu sebenarnya aku bepergian liburan tidak sebebas-bebasnya orang yang sedang liburan, karena sesampai di rumah saudara ternyata aku malah lebih mirip jadi seperti pengasuh anak (*mengasuh anak-anaknya tanteku.. -_-“), gak papa setidaknya dengan begini bisa belajar bagaimana nanti jika punya anak biar nggak kaget.. (padahal istri aja belum ada -_-“).
*Cerita setahun yang lalu, yang baru sempat ditulis sekarang. JUST WRITE.-