Archive for June, 2012

Meskipun sudah lama tinggal di Jakarta, tapi baru kali ini aku benar-benar merasakan maha dashyat macetnya jalanan di Ibukota. Karena memang sebelumnya aku bekerja di tempat yang dekat dengan kontrakan, tapi kali ini tempat kerja yang baru jauhnya minta ampun, Depok-Jakarta. Macetnya jalanan di Ibukota itu ya… sesuatu banget pokoknya.

Ada yang pernah nonton konsernya Justin Bieber (JB) nggak? atau paling nggak, pernah nonton konsernya Super Junior (Suju), atau SNSD? Nah macetnya jalanan di Jakarta kurang lebih kondisinya mirip dengan konser-konser tersebut. Penuh, berdesak-desakan dengan ratusan bahkan mungkin ribuan manusia lainnya cuy, hanya saja kita berdesakan bukan dengan sesama manusia tetapi sesama kendaraan, dan juga yang dilihat bukan artist lagi cuy, melainkan lampu lalu lintas, motor, mobil, polisi, bus, kopaja, transjakarta yang penuh asap polusi tapi kalau beruntung kita juga bisa lihat cewek cantik pakai rok mini… O.o #lho.

 

Malahan kamu juga bisa ketemu sama artis waktu berada di jalanan, di pinggir-pinggir jalan atau di jembatan-jembatan penyeberangan gitu. Aku biasanya lihat dan paling sering ketemu dari dekat itu sama Afgan kalau pas aku berada di belakang-belakang bus. Koq bisa ya ketemu Afgan di belakang bus segala? iya.. kalau beruntung, kamu cari saja bus yang cat-nya dominan warna hijau, terus kamu lihat di belakangnya, pasti ada fotonya Afgan sambil bawa obat P*nadol.. 😀 (kalau sempat ntar aku upload juga deh foto iklannya, sementara ini saja contohnya)

EMOSI TINGKAT TINGGI

Seperti yang aku bilang sebelumnya, berada di jalanan Jakarta yang macet itu seakan-akan kamu dibawa berada di tengah-tengah konsernya Justin Bieber (JB), yang penuh sesak dengan para penonton. Hanya saja bedanya… mungkin kalau kamu nonton konsernya JB kamu bisa disenggol penonton lainnya, dan kamu berharap untuk terus disenggol pasrah dan senang (bagi para cowok lho, khan kebanyakan fans-nya cewek.. :D). Dalam hati kamu akan bilang “Ndak apa-apa mbak kalau disenggol terus mah saya mau, atau perlu saya yang nyenggol..” *pasang muka kosong sambil ilernya netes-netes*

Hal ini berbeda kalau berada di jalanan kota Jakarta, kamu akan berdesakan dengan para pengendara motor dan pengendara mobil lainnya, dan kamu selalu berharap agar tidak disenggol maupun kena senggol satu sama lain. Kebanyakan (menurut survey-ku) kalau ada orang yang kena senggol dia akan marah serta mengumpat.

Ada yang tipe mengumpatnya mengabsen seluruh hewan yg ada di kebung binatang, ya mungkin saja dia lagi kerja di sana, seperti ini bunyinya “Hey loe… %$#%$, anjing, babi, sapi, kuda, gajah, jerapah, bunglon, walang kekek, marmut, semut yang imut-imut… “

Sini loe turun kampr*t… Hee!! mata loe, loe taruh mana…”.

Orang yang ngumpatnya seperti ini mungkin menurutku bego’ amat, padahal jelas-jelas mata manusia itu letaknya… ya ada di kaki… hehehe, mata kaki maksudnya, kalau mata beneran ya di kepala atuh letaknya. Sehingga kondisi-kondisi yang nggak perlu seperti inilah yang menambah kemacetan semakin menjadi-jadi.

***

UNPREDICTABLE

Kalau aku mengibaratkan, di Jakarta, melakukan perjalanan dengan menebak kapan, berapa lama bisa tiba di tempat tujuan itu sama seperti menebak hatinya seorang wanita, sulit ditebak cuy. Baiknya, perhatiannya wanita kepada kita itu belum tentu lho dia itu suka sama kita, atau sebaliknya bisa jadi wanita yang biasanya membenci kita itu akhirnya ternyata suka sama kita. Makanya hati-hati kalau menembak/melamar cewek… hati cewek nggak bisa ditebak, tapi berani dulu mencoba ngelamar cewek itu keren cuy… percaya deh… 😀 *<– kayak udah pernah ngelamar cewek aj.

Balik ke jalanan Ibukota.

Jarak jalanan di Jakarta tidak bisa diperkirakan dengan waktu berapa lama bisa sampai di tempat tujuan. Bisa jadi yang jaraknya 2 Km harus ditempuh 1 Jam, atau bisa jadi 5 Km ditempuh dalam 30 menit saja. Dalam arti lain, jalanan yang jaraknya dekat bisa saja membutuhkan waktu yang lama, atau bisa juga sebaliknya jalanan yang jaraknya jauh waktu yang dibutuhkan sebentar. Itulah mengapa orang kalau naik taksi pasti ditanya “Lewat mana pak/bu?”, bilang saja “Lewat jalan yang paling lancar saja pak”, padahal kita tahu nggak ada jalanan di Jakarta yang lancar kecuali waktu libur lebaran.

***

EMANG GUE PIKIRIN

Kalau ada yang belum pernah pergi di jalanan kota Jakarta, yang harus kalian perhatikan adalah petunjuk dan rambu-rambu yang ada di jalanan. Jalanan Jakarta terutama di jalanan kota besar itu dibedakan menjadi dua, ada jalur kendaraan Transjakarta (busway) dan ada jalur selain busway (kendaraan pribadi dan angkutan massal lainnya). Biasanya jalur busway itu letaknya ada di tengah-tengah dan ada pembatasnya. Jadi kalau kamu naik kendaraan pribadi terus masuk di jalur busway itu namanya melanggar dan kalau ketemu sama polisi, pasti polisinya bilang “Selamat pagi, bisa lihat surat-suratnya…” alias akan ditilang.

Nah tapi kalau kondisinya di pagi hari, terutama pas di hari kerja hal-hal ini bisa dilanggar oleh semua orang, baik oleh pengendara motor, mobil dan angkutan massal lainnya sekalipun. Seketika waktu itu bagi pengendara, semua jalanan adalah miliknya, semuanya bisa dilanggar, dalam hati “emang gue pikirin, yang penting gue bisa sampai di tempat kerja tepat waktu..!!” seperti contoh yang ada di gambar di samping.

Tidak hanya jalur di jalanan, terkadang (bahkan sering) di beberapa tempat, lampu lalu lintas tidak lagi berfungsi sebagaimana kodratnya, dia berfungsi hanya sebagai lampu hiasan jalan yang sekedar menyala. Banyaknya volume kendaraan yang ada di jalanan menjadi interval waktu yang diberikan oleh nyala lampu lalu lintas tidak lagi sesuai. Pernah karena kondisi seperti ini, kendaraan-kendaraan di jalan menjadi stuck atau mati langkah, maju tidak bisa mundur juga tidak bisa, apalagi pakai acara mengangkat sepeda motor segala… pasti nggak bisalah coy. Kalau kondisi seperti ini sudah terjadi, yang kamu persiapkan adalah tikar, jadi bisa tidur-tidur dulu bahkan ngopi-ngopi di warung terdekat sambil nunggu jalanan lancar… *ngacoo…

***

Nah bagiku itu pengalaman-pengalaman yang aku dapatkan selama berkendara di jalanan ibukota yang tidak pernah tidur. Semoga permasalah utama kota Jakarta ini bisa segera diselesaikan, dan semoga siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta yang baru nanti bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan menjadi lebih baik.

Kapan-kapan akan aku sharing bagaimana tips menghadapi jalanan kota Jakarta yang macet, keep stay tune ya…