Posts Tagged ‘Keadaan dalam gerbong’

1 April 2009, Sidoarjo – Surabaya

Tidak seperti biasanya hari ini aku pergi ke kampus dengan menggunakan kereta api, maklum saja memang rumahku lumayan jauh dari kampus atau sekitar 45-60 menit perjalanan jika menggunakan sepeda motor. Bahkan tidak seperti biasanya pula kalau naik kereta api, aku memakai Kereta Api Penataran menuju Surabaya, karena biasanya aku memakai Kereta Api Komuter yang khusus melayani jurusan Sidoarjo – Surabaya. Dengan berbekal uang Rp 3.500.- aku sudah dapat merasakan bagaimana rasanya pengalaman naik dengannya.

Potret Kereta Kelas Ekonomi

Potret Kereta Api Kelas Ekonomi

Banyak yang beranggapan bahwa kereta api penataran, atau sejenis kereta api kelas ekonomi lainnya adalah kereta api yang sangat tidak menyenangkan karena dikenal dengan penuh sesaknya, suasana yang kumuh dan kotor, ramai dengan hiruk pikuknya penumpang yang tiba-tiba menjelma menjadi penjual dalam gerbong, penuh tindakan kriminal dan bahkan hal-hal negatif lainnya.

Tapi menurut sejauh pengamatanku selama di gerbong anggapan negatif itu perlahan-lahan menjadi luntur tertelan oleh waktu, malahan dengan naik kereta api kelas ekonomi seperti Kereta Api Penataran adalah pengalaman yang sangat menyenangkan dan ingin aku ulangi. Koq bisa ya…?

Iya bisa, kalau gk percaya coba saja.

Ketika berada di dalam gerbong, di dalam hatiku langsung berkata “Oh…. Inikah kehidupan masyarakat kecil di Bangsa ku…?”. Bukan karena perasaan tidak suka dengan penampilan orang-orang disana, atau juga tidak mendapatkan tempat duduk, tetapi karena perasaan yang haru… “Oh… seperti inikah cara mereka ‘bertahan’ di kehidupan yang ‘keras’ dan gaya mereka ‘berinteraksi’ di kehidupan yang ‘dinamik’…?”

Tidak lama ketika sesaat kereta berangkat, terdengar teriakan pedagang yang pertama kukira penumpang dengan menawarkan dagangnya “BREM… 2ribu… 2ribu….”, meskipun kereta ini bukan dari Madiun atau menuju Madiun sebelumnya. Tidak lama kemudian datang lagi dari gerbong sebelah “Kacang… kacang…. seribu…” dan banyak lagi yang lainnya. Anehnya cara menawarkan barang pun tidak seperti biasanya, mereka menawarkan dengan cara membagikannya terlebih dahulu ke penumpang, sekilas aku kira itu adalah gratis, karena diberikan dan kemudian ditinggal. Akan tetapi tidak lama kemudian mereka datang mengambil kembali barang dagangan yg sudah mereka bagikan…. Tidak mungkin di kereta ini tidak aman kalau mereka berani menawarkan barang dagangannya dengan cara seperti itu… Bahkan lebih- lebih ada yang membiarkan barang dagangannnya di dalam kereta di sudut pojok gerbong tanpa penjagaan sekalipun dari si pedagang, karena juga mengingat banyaknya dagangan yang dibawa. Wah ini kereta barang apa penumpang ya…? tapi memang seperti itulah kehidupan di sana…

Lepas dari itu… secara tidak sengaja aku juga merasa tertarik untuk mengamati orang-orang disekitarku… mereka mengobrol satu sama lain, bercerita tentang anaknya, bercanda dan pengalaman lainnya dengan sangat akrabnya. Tidak tua, tidak muda, dan tidak pula anak-anak, semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Bahkan seorang kakek yang sedang mengasuh cucunya pun di sebelahku masih sempat-sempatnya menyapaku dan mengajak berbicara… kebetulan dia waktu itu turun bersamaku di Stasiun Gubeng. Sungguh ‘pemandangan’ yang jarang pernah aku lihat sebelumnya di kereta bisnis, komuter maupun kehidupan di sudut-sudut kota besar lainnya.

Mungkin memang seperti inilah kehidupan masyarakat kecil di negeri kita sesungguhnya…. etos kerja yang tinggi, penuh semangat, tidak mudah putus asa dan yang tidak kalah penting adalah ramah dengan siapapun. Itu seharusnya menjadi ciri khas negeri kita… sehingga meskipun seterjang apapun badai menghadang dan rintangan menjujung bukan lagi menjadi masalah dan halangan utama bagi kita untuk menciptakan Indonesia sejahtera dan bermartabat….

Semoga pengalaman yang aku dapatkan dengan Rp. 3.500.- ini menjadikan inspirasi bagi kita semua dan mampu bernilai lipatan jutaan kebahagiaan bersama masyarakat Indonesia. Amin…..