Archive for the ‘Telekomunikasi’ Category

:: LATARBELAKANG

Kegunaan handphone (HP) sebagai handset alat komunikasi seluler saat ini rupanya telah mengalami pergeseran nilai dari fungsi utamanya. Dahulu, HP kita kenal hanya sebagai alat komunikasi bergerak yang menggantikan peranan telepon rumah saja (fixed telephone), akan tetapi saat ini kebanyakan pengguna HP telah memanfaatkannya sebagai sarana untuk mencari informasi dan hiburan (entertainment). Manfaat ini muncul sebagai nilai tambah pelayanan atau yang lebih dikenal dengan istilah Value Added Services (VAS) yang diberikan oleh operator seluler kepada pelanggannya. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa kedua elemen ini telah menjadi suatu tuntutan kebutuhan yang juga harus dipenuhi.

 

Produk VAS

Produk VAS

Di era seperti ini, peranan informasi menjadi sangat vital di dalam melakukan berbagai aktivitas, karena yang menguasai informasi dialah yang akan menang, menjadi terdepan dan mampu menguasai keadaan. Sebaliknya, bagi yang ketinggalan dalam mencari informasi maka akan kalah dan terlampaui. Sedangkan di satu sisi, entertainment atau hiburan merupakan suatu instrumen yang mampu mengobati kejenuhan di tengah-tengah kesibukan dan waktu luang mereka.

Oleh karena itulah, seharusnya operator seluler bisa melirik kondisi ini sebagai peluang usaha bagi mereka untuk dapat memberikan pelayanan nilai tambah atau Value Added Services (VAS) yang mampu mengakomodir seluruh kebutuhan akan informasi dan entertainment bagi para pelanggannya. Apalagi masing-masing operator sudah siap dengan teknologi 3G mereka untuk mendukung berbagai aplikasi tersebut, tinggal sekarang bagaimana memanfaatkannya untuk mengembangkan produk VAS yang efektif, efiesien dan menarik.

 

:: KORELASI PERSAINGAN TARIF ANTAR OPERATOR DENGAN VAS

Persaingan tarif antar operator seluler yang sering kita lihat dan perdengarkan, suatu saat nanti akan memasuki keadaan yang saya sebut dengan istilah steady state, suatu keadaan dimana tarif akan mengerucut stabil hingga sampai pada suatu titik tertentu. Artinya hal ini akan membuat permasalahan tarif bukanlah hal yang penting lagi bagi publik. Menurut sejauh pengamatan saya, keadaan ini muncul sebagai akibat adanya beberapa faktor yang membuat kondisi ini terbentuk secara tidak langsung. Faktor-faktor itu di antaranya adalah regulasi pemerintah mengenai penurunan tarif interkoneksi, titik kejenuhan pelanggan seluler terhadap iklan promosi persaingan tarif dan teknologi broadband seluler 3G yang siap mendukung aplikasi VAS.

Iklan Promosi Operator

Iklan Promosi Operator

Berbicara masalah regulasi, pemerintah pada tanggal per 1 April kemarin melalui Menkominfo telah mengeluarkan rencana Permen yang mengatur tentang tarif interkoneksi dan formula. Interkoneksi ialah hubungan yang terjadi antar penyelenggara jaringan telekomunikasi satu dengan pihak penyelenggara lain yang berbeda. Misalkan hubungan jaringan operator A dengan jaringan operator B. Regulasi ini secara tidak langsung telah mendorong setiap operator untuk menurunkan tarif interkoneksinya hingga batas atas standar acuan yang diperbolehkan. Selain itu Menkominfo, Moh. Nuh, mengatakan adanya metode penghitungan tarif interkoneksi itu berkait dengan upaya memacu penyelenggara telekomunikasi untuk lebih efisien. Akibatnya, di antara penyelenggara telekomunikasi baru tidak dibebani biaya sebagai akibat inefisiensi dari penyelenggara telekomunikasi lainnya sehingga biaya interkoneksi bukanlah suatu hal yang menjadi permasalahan lagi, karena tarif antar operator akan mencapai suatu standar yang sama.

Sedangkan dari sudut pelanggan, titik kejenuhan muncul sebagai akibat seringkalinya publik dipertontonkan iklan-iklan promosi persaingan tarif oleh para operator seluler dengan gaya dan cara mereka masing-masing yang cenderung menipu publik. Disamping itu, Iklan promosi yang terjadi antar operator seluler di Indonesia cenderung saling menjatuhkan antara satu sama lain dan dinilai tidak sehat serta merugikan masyarakat sebagai pelanggan. Pada situs inilah.com, survey jajak pendapat yang dilakukan ICT Watch terhadap 4.888 responden pengakses di DetikNET mengatakan bahwa sebanyak 42,37% menilai perang iklan tarif murah operator seluler terindikasi membodohi publik. Kemudian sebanyak 38,39% responden menganggap perang iklan tarif murah, terlalu berlebihan, dan hanya 9,26% saja yang memandang iklan perang tarif itu bermanfaat, dan sisanya menjawab yang lain. Hal inilah yang akan menggiring persepsi publik merasa lelah dan tidak lagi memperdulikan kembali masalah tarif, toh tarif yang diberikan ujung-ujungnya sama saja.

persentase

Oleh karena itu, persaingan penurunan tarif suatu saat nanti tidak akan memberikan penetrasi yang berarti kembali bagi operator untuk menaikkan jumlah pelanggannya. Para operator harus segera beralih dari promosi penurunan tarif ke arah pemberian pelayanan nilai tambah melalui produk VAS. Sebab melalui pemberian produk layanan VAS yang efektif, efisien dan menarik inilah operator seluler dapat mendobrak dan meningkatkan penetrasi jumlah pelanggannya.

 

Promosi Beralih ke ProdukVAS

Promosi Beralih ke ProdukVAS

 

:: PELUANG PASAR MOBILE CONTENT SEBAGAI PRODUK VAS DI INDONESIA

Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang luas dan memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-5 di dunia. Akan tetapi dari kesemua jumlah penduduk yang ada hanya sekitar 30% saja yang baru masih menikmati telepon seluler. Di sisi lain, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berkompeten dalam membuat layanan nilai tambah seperti mobile content, dan information technology (IT) lainnya. Sebab Indonesia memiliki sumber daya manusia di bidang IT yang terbilang cukup berkompeten dalam tingkat global maupun regional. Oleh karena itulah, dua bidang ini seharusnya membuat Indonesia menjadi peluang yang sangat besar dalam dunia usaha telekomunikasi seluler, yaitu dari segi konsumsi dan produksi penyedia jasa konten produk VAS.

Sebagai Pelaku Konsumen

Pertumbuhan peminat VAS atau aplikasi konten di Indonesia diprediksi akan menaik secara terus menerus. Hal ini akan terjadi sebagaimana pertumbuhan jumlah pelanggan terhadap pemakaian telepon seluler saat ini. Melihat hasil AntaraNews tentang jumlah pelanggan seluler di Indonesia, disebutkan bahwa jumlah pelanggan seluler pada tahun 2006 sebesar 63,8 juta nomor dan pada tahun 2007 mencapai 96,41 juta nomor atau dengan kata lain mengalami peningkatan sekitar 51 persen dari tahun sebelumnya. Disamping itu, teknologi 3G merupakan teknologi yang mendukung produk VAS, melihat hasil data World Bank data and MIC of Indonesian 2007 disebutkan bahwa dari 29% penduduk Indonesia atau jumlah seluruh pengguna mobile/seluler, hanya 1,1% untuk 3G atau 3,8% untuk total mobile 3G yang baru memanfaatkannya.

 

World Bank data and MIC of Indonesian 2007

Sumber : World Bank data and MIC of Indonesian 2007

Indonesia juga tergolong sebagai negara yang memiliki angka penetrasi yang cukup besar dalam industri telekomunikasi seluler yaitu sekitar 22%, sebagaimana data yang diambil dari BMI Research berikut.

 

Penetrasi Pelanggan Seluler

Penetrasi Pelanggan Seluler

Sedangkan untuk pertumbuhan market, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pyramid Research pada tahun 2005 lalu terhadap pasar seluler di dunia, Indonesia ternyata masuk ke dalam peringkat 10 besar. Dari hasil penelitian itu di dapatkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai market seluler terbesar ke-10 dengan menguasai 2.3% pelanggan atau memiliki sekitar 51 juta pelanggan seluler yang ada di dunia. Sedangkan untuk masalah pertumbuhan pasar seluler, prediksi dari tahun 2005-2011, Indonesia masuk ke dalam peringkat 4 dunia dengan pertumbuhan jaringan teknologi seluler sekitar 4.7% atau sekitar 74 juta net additions.

 

Tabel Pertumbuhan Pelanggan dan Pasar Seluler 12 Besar di Dunia.

Tabel Pertumbuhan Pelanggan dan Pasar Seluler 12 Besar di Dunia.

Melihat data di atas, sebenarnya Indonesia merupakan negara yang berkompeten dalam meningkatkan VAS baik dari sisi pengguna maupun penyedia layanan 3G ini. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang terbilang tinggi dan belum sepenuhnya dapat menikmati layanan ini, sehingga kesempatan untuk memperoleh pelanggan seluler masih terbuka. Sebagaimana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh BMI mengenai Industry Trends – Mobile Sector pada tahun 2004 sampai dengan 2011 di Indonesia, ternyata produk 3G sudah mulai digemari dan dilirik oleh pelanggan seluler.

 

Trend Industri Mobile

Trend Industri Mobile

Sebagai Pelaku Penyedia Jasa Konten [Content Provider]

Berdasarkan sebuah studi terbaru mengenai daya saing industri IT yang dilakukan secara independen oleh The Economist Intelligence Unit dengan dukungan Business Software Alliance (BSA) menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-14 di kawasan Asia Pasifik. BSA merupakan suatu aliansi yang beranggotakan antara lain Adobe, Apple, Dell, IBM, Intel dan Microsoft. Direktur Kebijakan Piranti Lunak BSA untuk Asia, Goh Seow Hiong, yang disertai Donny A Seijoputra, perwakilan BSA untuk Indonesia, memaparkan hasil riset yang dilakukan pada November 2006-Juli 2007. Hasilnya, selain untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia juga berada di urutan ke-57 di dunia dengan skor indeks keseluruhan mencapai 23,7.

Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia juga memiliki daya saing yang tinggi di industri IT untuk tingkat global maupun regional. Sebagaimana yang dikatakan Goh Seow Hiong, “Laporan ini menegaskan posisi Indonesia di tingkat global dan regional berdasarkan faktor-faktor tersebut dan memberikan indikasi mengenai bidang-bidang yang dapat menjadi fokus strategi pemerintah untuk memperbaiki daya saing industri TI-nya.”

 

 

:: MENCARI FORMAT VAS YANG IDEAL, EFIESIEN, EFEKTIF DAN MENARIK.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas kita mengetahui bahwa peluang usaha VAS masih terbuka lebar, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkan peluang ini dengan membuat suatu format VAS yang ideal, efiesien, efektif dan tentunya menarik bagi para pelanggan seluler. Dari keadaan inilah diharapkan nantinya produk VAS seperti halnya mobile content mampu mendobrak penetrasi pelanggan seluler memanfaatkan pelayanan ini dengan maksimal. Tentunya semua itu harus ada perencanaan yang matang sebelumnya. Perencanaan pemasaran yang dilakukan dapat didefinisikan dalam 3 kategori.

 

Strategi dalam Meningkatkan Pemakaian Produk VAS.

Strategi dalam Meningkatkan Pemakaian Produk VAS.

Mencari Sasaran Mayoritas Pengguna Seluler

Dengan menembak mayoritas pengguna seluler maka kita sama halnya menguasai sebagian besar pasar. Menurut Spire Research & Consulting, jumlah pelanggan seluler di Indonesia lebih didominasi oleh golongan para remaja. Sebab dewasa ini muncul tren untuk memiliki handphone di kalangan remaja. Malahan mereka kini sudah terbiasa dengan alat yang selalu mereka bawa, bahkan pada saat sekolah sekalipun.

Kelompok remaja cenderung lebih bersifat konsumtif dan paling cepat mengikuti tren serta berbagai hal yang dianggap baru. Masih menurut Spire Reasearch & Consulting, hasil riset tentang pasar perilaku dan gaya hidup remaja mencatat rata-rata uang jajan yang dibelanjakan anak remaja per bulan sebesar Rp 133 ribu. Jika jumlah mereka yang berumur 13-18 tahun pada level kategori remaja di perkotaan jumlahnya mencapai sekitar 7 juta jiwa, maka bisa dibayangkan betapa besar potensi pasarnya. “Jika dilihat dari sisi konsumsi langsungnya saja, pasar remaja saat ini diperkirakan bisa mencapai Rp 10-12 triliun rupiah,“ kata Jeffrey Bahar, Managing Director Spire Research & Consulting untuk Asia Tenggara.

grafikkepadatan Berdasarkan hasil survei, mayoritas remaja dari lima kota besar di Indonesia (meliputi Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar), remaja memilih handphone yang memiliki kelengkapan fitur. Sebab saat ini handphone bukan lagi fungsinya yang sebagai media komunikasi untuk berkirim SMS atau sekedar menelpon, akan tetapi juga sebagai media informasi dan hiburan seperti game, office, chatting, berinternet, dan lain sebagainya. Selain itu pula menurut Spire Research & Consulting, salah satu faktor utama ketertarikan para remaja terhadap produk seluler dikarenakan tarif murah dan konten yang menarik. Oleh karena itulah, produk VAS pada telepon seluler menjadi andalan yang memiliki peluang usaha cukup besar. Apabila jika mayoritas pelanggan (remaja) dapat dikuasai maka minoritas dari pelanggan pun secara tidak langsung akan terbawa, meskipun kita juga tidak boleh mengesampingkan kebutuhan minoritas pelanggan.

Mengukur Daya Beli Pelanggan.

Jika kita melihat remaja sebagai sasaran utamannya ada satu hal yang juga harus diperhitungkan, yaitu dari segi biaya. Kebanyakan mereka membeli pulsa dalam nominal sekitar Rp 10.000-25.000. Besarnya uang jajan yang diterima menyebabkan mereka membeli pulsa dalam nominal yang relatif sedikit. Akan tetapi sebaliknya, apabila dibandingkan dengan frekuensi pengisian pulsa, mereka tergolong lumayan dengan rata-rata 1-2 kali dalam seminggu, sehingga dalam sebulan kebanyakan remaja mengisi pulsa rata-rata sebesar Rp 50.000 hingga Rp 100.000.

Dengan demikian para operator seluler harusnya dapat menawarkan konten sebagai produk VAS yang dapat terjangkau oleh kalangan remaja, kalangan dominan pengguna seluler di Indonesia. Kalau memang di satu sisi harga konten tersebut cukup tinggi maka ada baiknya penawaran dilakukan dengan sistem pembayaran langganan secara berkala.

Mencari Solusi dari Pemasangan Iklan dalam Produk VAS

Menurut hasil analisa, ketertarikan pelanggan memakai produk VAS dari operator hanya diminati ketika masa promosi karena sebagian konten yang ditawarkan secara gratis. Akan tetapi, setelah masa promosi habis dan harus dikenai charge maka pelanggan pun beralih. Kesimpulannya, para pelanggan akan merasa enggan apabila harus merogoh uangnya untuk menikmati suatu konten tertentu apalagi harganya yang terbilang mahal dan tidak menarik.

Para operator sebenarnya dapat mengatasi masalah ini dengan membuat suatu konten produk VAS yang bekerjasama dengan pihak sponsorship untuk membiayai penyelenggaraan pengadaan produk VAS. Dengan begini, para pelanggan tidak perlu lagi merogoh uangnya untuk menikmati produk VAS karena semua biaya itu ditanggung oleh pihak sponsor. Penta Media yang mengembangkan aplikasi Indonesia on the Go (InGo) juga tak melihat konten sebagai sasaran penghasilan. Justru mereka memilih untuk memperoleh pendapatan dari iklan advertorial yang disisipkan di antara konten-konten tersebut. Menurut delapan finalis Peer Award, penghargaan kompetisi aplikasi konten seluler oleh Mobile Monday, umumnya mereka berpendapat bahwa pada bisnis seluler konten sebenarnya bukanlah komoditas yang dijual. Layaknya model bisnis di Internet, pelanggan seluler seharusnya dapat mengakses konten secara cuma-cuma. Hal ini juga dapat digambarkan sebagaimana menonton acara di televisi yang tanpa membuat pemirsa harus mengeluarkan uang untuk menikmatinya, akan tetapi keseluruhan biaya operasional di dapatkan dari iklan yang ditayangkan.

 

Solusi Membebaskan Biaya Langganan Pemakaian Produk VAS untuk Pelanggan.

Solusi Membebaskan Biaya Langganan Pemakaian Produk VAS untuk Pelanggan.

Mengidentifikasi Kebutuhan Pelanggan

Kalau kita melihat dari sisi konten, ada banyak produk VAS yang dapat dieksplor dan ditawarkan kepada konsumen. Akan tetapi dari kesemua jenis konten VAS yang ditawarkan, situs handphone.co.id memperkirakan ada 5 jenis konten pilihan yang akan booming ke depannya. Konten pilihan tersebut antara lain dari yang tertinggi, yaitu :

Ringbacktone (RBT)

Berdasarkan hasil wawanacara Bisnis Indonesia dengan Sapto Anggoro, Sekjen Indonesian Mobile & Online Content Provider Association (Imoca), mengatakan “Sekitar 80% dari omzet tersebut berasal dari layanan ringbacktone.” Jika perkiraan itu benar, maka omzet bisnis konten nada tunggu panggilan telepon mencapai sekitar Rp 2,4 triliun, tambahnya. Suatu angka sangat yang tinggi. Ringback Tone belum mengalami titik jenuh pada tahun depan. Bahkan dengan kemudahan yang dilakukan operator untuk pendaftaran ringbacktone, menjadikan konten ini makin menarik minat pencipta lagu, penyanyi atau perusahaan rekaman.

Mobile Messenger

Komunitas virtual yang selama ini telah terbangun lewat internet, seperti Yahoo!Messenger atau MSN Messenger ikut mendorong tumbuhnya layanan mobile messenger. Apalagi dengan melalui mobile messenger kita dapat berkirim pesan jauh lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas, sebab tidak hanya menjangkau HP tapi juga komputer.

Music Download

Perlahan tapi pasti, music download akan menjadi konten favorit mengikuti sukses ringbacktone. Teknologi mobile akan makin banyak dipakai oleh para perusahaan rekaman sebagai salah satu kanal untuk distribusi konten musiknya. Di luar negeri, internet sebagai kanal distribusi musik melalui download sudah sangat populer.

Interactive Games

Game-game HP sekarang ini makin bervariasi dan memiliki tampilan yang makin menarik. Selain itu, sudah mulai banyak beredar game-game yang bisa dimainkan secara multiplayer dan melibatkan teman melalui komunitas internet yang saat ini menjadi populer. Hal ini menjadi suatu peluang untuk memanfaatkannya lewat HP, baik lewat bluetooth maupun GPRS dan 3G sebagai instrumen VAS.

Mobile Advertisement

Layanan konten yang berisikan informasi-informasi advertisement saat ini di indonesia memang belum dimaksimalkan sepenuhnya. Akan tetapi layanan ini diprediksi akan menjadi layanan konten yang menggiurkan. Mengingat saat ini jumlah pelanggan seluler di Indonesia mencapai sekitar 90 juta pelanggan, ini merupakan pasar yang sangat potensial. Di luar negeri, mobile advertisement sudah digarap dengan serius dan menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan bagi operator. Bahkan mobile advertising diperkirakan akan menyalip internet marketing dan advertising tradisional.

Kesimpulannya, peluang usaha seluler di Indonesia memberikan kesempatan terbuka yang sangat potensial bagi para operator. Sekarang tergantung dari para operator seluler bagaimana cara mereka dapat memikat dan menarik minat masyarakat untuk bergabung. Semakin banyak yang bergabung dan memanfaatkan layanan mereka, maka semakin naik pula pendapatan yang mereka dapatkan. Kalau selama ini para operator masih bersaing dengan cara berkutat di masalah pentarifan hal ini tidak akan membuat para pelanggan lebih melirik karena sebagian besar merasakan titik jenuh dan mengganggap iklan-iklan promosi pentarifan terkesan membodohi pelanggan serta berlebihan. Adapun salah satu cara yang efektif adalah dengan memberikan pelayanan nilai tambah atau VAS dengan produk konten yang entertainment, dan edukatif pada setiap produk mereka. Sebab pelanggan senang terhadap produk-produk baru yang menarik dan lebih mencerdaskan mereka. Semoga tulisan ini dapat menjadikan suatu pertimbangan bagi para operator seluler di Indonesia untuk bersaing secara cerdas, kompetitif dan produktif untuk kemajuan bangsa. Amin

Oleh :

ARIF FIRMANSYAH, Mahasiswa Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia, Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kampus Sukolilo 60111 – Surabaya

 

 

 

 

Di dalam menyelenggarakan iklim yang sehat persaingan dunia telekomunikasi seluler, pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) terus mengeluarkan regulasi-regulasinya yang mengatur setiap langkah operator seluler. Regulasi ini secara tidak langsung telah membuat industri seluler dan masyarakat publik ikut merasakan konsekuensinya.

:: KONDISI SEBELUM REGULASI

Monopoli Operator Raksasa

Perkembangan dunia teknologi telekomunikasi di Indonesia saat ini telah memasuki babak yang klimaks, terutamanya teknologi telekomunikasi seluler. Keadaan ini sangatlah berbeda dengan kondisi di saat 5 tahun silam, kalau dulu kita hanya mengenal beberapa operator seluler saja yang mendominasi pangsa pasar telekomunikasi sebagai operator raksasa, maka pada saat ini kita melihat banyak sekali operator-operator seluler baru yang bermunculan ikut meramaikan kompetisi dunia seluler pertelekomunikasian Indonesia.

Kalau kita melihat kronologi perkembangan telekomunikasi di Indonesia, pada tahun 1976 telah terjadi era monopoli yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga hanya ada satu saja operator yang menguasai pasar telekomunikasi di Indonesia.

indonesiachronology

Kronologi Perkembangan Telekomunikasi Indonesia. Sumber: JICA

Dari data di atas, barulah pada awal tahun 1989 pemerintah merevisi regulasi mengenai telekomunikasi operator-operator lain mulai masuk. Akan tetapi hal ini tidak mengubah kondisi yang dapat menjadikan persaingan lebih kompetitif, malah terjadi monopoli oleh public corporation.

Akses Telekomunikasi Seluler yang Belum Merata

Adanya praktek monopoli membuat penggunaan telekomunikasi seluler pada masa lalu hanya terbatas bagi beberapa kalangan dan daerah tertentu. Hanya orang yang berduit saja yang mampu memilikinya, karena memang mengingat pada waktu itu untuk membeli ponsel dan voucher masih terbilang tinggi dan mewah. Dahulu bagaimana mungkin masyarakat umum dapat membeli, untuk voucher saja tarif terendahnya adalah sekitar Rp 250.000.- hingga Rp 100.000.-. Belum lagi tarif untuk menelpon juga terbilang sangat mahal untuk tiap waktu bicaranya.

Selain itu, tempat untuk melakukan komunikasi dengan seluler pun masih terbatas oleh wilayah-wilayah tertentu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BRTI, bahkan untuk penduduk yang ada di Indonesia bagian timur pun sebagian besar harus menggunakan komunikasi via satelit karena microwave link terbatas pada daerah di kota-kota besar saja meskipun itu juga masih terhubung dengan satelit. Disamping itu, banyak dikeluhkan bahwa harga sewa jaringan dalam negeri mahal dan tidak mencukupi terutama untuk wilayah kawasan Indonesia Bagian Timur. Keadaan seperti ini dinilai dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang ada di wilayah-wilayah tertentu di seluruh pelosok Indonesia, seperti Indonesia Timur dan Barat.

Disamping itu, praktek monopoli menyebabkan persaingan yang kompetitif tidak akan pernah terjadi. Karena pada dasarnya suatu produk yang memiliki kualitas terbaik akan muncul apabila daya saing terjadi. Akhirnya, masyarakat akan terbatas pada pilihan tertentu dan membuat masalah pentarifan atau biaya menjadi dominan mahal. Jika hanya masyarakat tertentu saja yang dapat menikmati dan merasakan berarti hal ini sama halnya dengan menghambat kecerdasan masyarakat untuk lebih mengenal teknologi khususnya telekomunikasi.

Menghambat Pertumbuhan Operator yang Lain

Tidak adanya regulasi yang jelas dalam mengatur telekomunikasi seluler khususnya, akan menyebabkan tidak beraninya operator lain untuk berani tumbuh dan bermunculan. Disamping biaya infrastruktur dan operasional untuk mendirikan suatu perusahaan telekomunikasi terbilang membutuhkan biaya yang sangat besar, belum lagi nanti ia harus bersaing dengan operator-operator raksasa lain yang telah lama berdiri dan menguasai sebagian besar pasar telekomunikasi di Indonesia.

:: BEBERAPA REGULASI YANG DIKELUARKAN

Keadaan ini memaksa pemerintahan melalui Depkominfo menjadi sangat penting untuk menjalankan peranan ini. Depkominfo telah mengeluarkan berbagai macam regulasi di bidang telekomunikasi khususnya untuk mengatur keadaan dan permasalahan di atas. Berikut beberapa strategi dan regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Lahirnya Badan Regulasi Telekomunkasi Indonesia (BRTI)

Untuk membantu Depkominfo melakukan peranannya di dalam menciptakan iklim yang kondusif di bidang telekomunikasi, departemen ini membentuk suatu badan yang bertugas mengatur secara khusus teknologi telekomunikasi di Indonesia melalui Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). BRTI ini lahir karena adanya beberapa faktor yang mendorongnya untuk ada, sebagaimana yang disebutkan pada bagan di bawah ini.

Faktor Munculnya BRTI

Faktor Munculnya BRTI. Sumber : Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia

Salah satu tujuan perlu dibentuknya BRTI antara lain :

* Untuk lebih menjamin transparansi, independensi dan prinsip keadilan. Dalam fungsinya sebagai pengaturan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan penyelenggaran jasa telekomunikasi.

* Untuk meningkatkan kinerja pelayanan dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan penyelenggaraan jasa telekomunikasi

Pembangunan Palapa Ring

Dalam rangka untuk mengurangi kesenjangan dan pemerataan akses telekomunikasi di Nusantara, pemerintah telah melakukan terobosan dengan melakukan pembangunan jaringan di seluruh nusantara yang lebih dikenal dengan Palapa Ring. Tujuannya adalah untuk mengatasi jaringan telekomunikasi di daerah-daerah yang belum terjamah atau masih dalam kategori tertinggal dalam teknologi ini. Pembangunan Palapa Ring ini nanti yang akan menghubungkan Ibukota Provinsi dengan Kabupaten yang ada di daerah-daerah.

palaparing

Peta Jaringan Palapa Ring. Sumber : BRTI

Palapa Ring ini dibangun dengan menghubungkan 33 Provinsi, 440 Kota/Kabupaten, 1 + 7 Ring dengan kapasitas 320 GB hingga 4 TB menggunakan medium guided (kabel optik). Dengan pembangunan ini diharapkan tidak ada lagi daerah-daerah di nusantara yang tidak terjamah teknologi telekomunikasi.

Penggunaan Menara Bersama

Ada banyak faktor yang menyebabkan dikeluarkannya Peraturan Menteri No. 2 Tahun 2008 tentang penggunaan menara bersama. Tujuannya utamanya adalah untuk mengefisiensikan penggunaan menara, dan menjaga estetika tata kota. Selain itu peraturan penggunaan menara bersama merupakan solusi yang dapat membantu meringankan biaya pembangunan telekomunikasi serta agar tidak terjebak di dalam praktek monopoli bagi operator-operator baru dari penyedia menara. Sebab penyelenggara menara harus memberikan kesempatan yang sama bagi penyelenggaran telekomunikasi yang lain untuk menggunakan menaranya. Tidak hanya itu, biaya penggunaan menara harus wajar berdasarkan biaya investasi, operasi, dan keuntungan yang wajar sehingga bisnis ini pun tertutup untuk investasi asing. Moh. Nuh, Menkominfo, menjanjikan pada pertengahan Februari kemarin kebijakan untuk penggunaan menara atau tower bersama akan segera direalisasikan. “Ini konsekuensi yang harus diambil pemerintah. Tidak hanya meminta para operator melakukan efisiensi internal, tetapi juga memberikan jalan keluar ke arah penerapan efisiensi internal.”

Penurunan Tarif Interkoneksi

Pada tanggal per 1 April kemarin, Menkominfo juga telah mengeluarkan suatu regulasi yang mengatur tentang interkoneksi dan formula yang digunakan dalam pentarifan antar operator selluer. Interkoneksi ialah hubungan antar jaringan telekomunikasi dengan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda. Regulasi ini mendorong setiap operator menurunkan tarif interkoneksinya hingga batas atas standar acuan yang diperbolehkan. Selain itu Menkominfo, Moh. Nuh, mengatakan, adanya metode penghitungan tarif interkoneksi itu berkait dengan upaya memacu penyelenggara telekomunikasi untuk lebih efisien. “Kebijakan penurunan tarif interkoneksi ini bukan kebijakan terpisah, tetapi sebuah kebijakan yang terencana dan menjadi satu kesatuan dengan berbagai rencana pemerintah, terkait upaya mendorong efisiensi kerja operator. Karena itu kebijakan yang dinilai menghambat proses efisiensi operator akan dikaji,” ujarnya Menkominfo. Di antara upaya itu, penyelenggara telekomunikasi baru tidak dibebani biaya sebagai akibat inefisiensi dari penyelenggara telekomunikasi lainnya. Tiap penyelenggara telekomunikasi mempunyai pilihan untuk membangun atau menyewa jaringan dalam melakukan interkoneksi.

:: KONSEKUENSI REGULASI TERHADAP INDUSTRI SELULER DAN MASYARAKAT PUBLIK

Bagi Industri Seluler

Efisiensi, Low Cost, Pembangunan Telekomunikasi

Regulasi-regulasi yang mengatur tentang penggunaan menara bersama, penurunan tarif interkoneksi serta regulasi lainnya menyebabkan efek efisiensi dan penurunan biaya (low cost) terhadap pembangunan telekomunikasi terutama oleh operator-operator baru. Hal ini membuat industri-industri seluler tampil lebih berani dalam bersaing secara kompetitif dengan operator raksasa yang sudah lama berdiri. Sebagai contoh pemakaian menara bersama misalkan. Dengan diterapkannya regulasi ini membantu operator baru tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup banyak dalam berinvestasi membangun jaringan telekomunikasi seperti menara BTS.

Sedangkan tentang penurunan tarif interkoneksi, hal ini juga membantu para operator seluler baru agar tidak perlu mengeluarkan biaya yang berlebihan dalam melakukan interkoneksi. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan keserasian antar operator lama dan baru tentunya hal ini melewati suatu proses persetujuan dan penawaran terlebih dahulu melalui Draft Penawaran Interkoneksi (DPI) yang diawasi oleh BRTI.

Menghindari Praktek Monopoli

Regulasi-regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah sedikit banyak telah mengubah dunia telekomunikasi Indonesia menjadi ke arah yang lebih baik. Salah satunya adalah telah terciptanya persaingan yang kompetitif dan semakin menjamurnya operator-operator baru. Hal ini mengindikasikan telah terjadinya iklim yang kondusif bagi pertumbuhan industri seluler. Jika dulu pangsa pasar telekomunikasi seluler hanya dikuasai oleh 3 operator raksasa, yaitu Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo maka saat ini kita melihat berbagai operator bermunculan seperti tabel di bawah ini.

Kronologi Pertumbuhan Operator Seluler

Pertumbuhan Operator Seluler di Indonesia dan Market Share. Sumber: JICA

Telekomunikasi Indonesia

Tabel Operator Telekomunikasi, Teknologi dan Lisensinya. Sumber: Telekomunikasi Indonesia

Pendapatan Operator yang Semakin Meningkat

Pendapatan yang diperoleh oleh para operator seluler selalu mengalami peningkatan, terutamanya bagi operator seluler (mobile). Pada awal tahun 2001, ketika mulai bertumbuhnya operator-operator baru malah memberikan dampak pendapatan yang menanjak sangat tajam bagi para operator. Hal ini terjadi ditengarai telah terjadinya persaingan antar operator seluler mengenai penawaran harga yang kompetitif dan terjangkau oleh para konsumen.

ITU-T 2005

Pendapatan Operator Seluler (dalam US$). Sumber: ITU-T 2005

Bagi Masyarakat Publik

Perkembangan Teknologi Mencerdaskan Bangsa

Hal ini juga terlihat dari jumlah pengguna seluler yang semakin hari semakin meningkat, malahan semakin jauh meninggalkan telepon rumah (PSTN) yang lahir lebih dulu. Mengutip AntaraNews tentang jumlah pelanggan seluler di Indonesia, disebutkan bahwa jumlah pelanggan seluler pada tahun 2006 sebesar 63,8 juta nomor dan pada tahun 2007 mencapai 96,41 juta nomor atau dengan kata lain mengalami peningkatan sekitar 51 persen. Hal ini mengindikasikan angka kenaikan ini akan terus meningkat karena mengingat masih ada sekitar 73 persen dari 218,8 juta jiwa penduduk Indonesia yang masih belum memanfaatkan sepenuhnya dengan asumsi bahwa satu pelanggan punya satu nomor. Padahal jumlah pelanggan tersebut bukanlah jumlah sesungguhnya yang aktif digunakan pelanggan, namun lebih cenderung ke jumlah kartu SIM yang terjual dan telah teraktivasi sebelumnya. Dengan jumlah pelanggan tersebut berarti tingkat kepadatan telepon seluler (teledensitas) masih sekitar 30%, artinya dari 10 orang penduduk Indonesia masih terdapat 3 orang yang memiliki nomor ponsel.

BRTI

Dampak Regulasi Terhadap Penetrasi Pelanggan Seluler. Sumber: BRTI

Jika sebagaian besar masyarakat sudah menggunakan teknologi seluler, maka hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan pemerataan pemanfaatan teknologi tersebut sedikit banyak telah ikut membantu dalam mewujudkan kecerdasan bangsa. Karena di satu sisi Depkominfo memiliki visi yaitu “Terwujudnya masyarakat informasi yang sejahtera melalui penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Investasi Tertutup bagi Asing dan Pemerintah Daerahan Dilibatkan

Berbicara mengenai kepemilikan saham, BRTI juga mengeluarkan suatu peraturan yang tidak membolehkan kepemilikan saham operator dikuasai lebih dari 50% pihak asing. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga iklim yang kondusif dan memberikan bagi masyarakat publik untuk masuk ke dalamnya. Berikut data kepemilikan saham yang ada pada tiap operator telekomunikasi yang ada di Indonesia.

Kepemilikan Saham Tiap Operator Seluler

Kepemilikan Saham Tiap Operator Seluler

Selain itu pula, bisnis usaha di dalam mendirikan menara pun tertutup untuk investasi asing, karena ijin untuk mendirikan menara telah dibatasi oleh regulasi Permen No. 2 Tahun 2008 tentang pemakaian menara bersama. Akhirnya, bisnis untuk mendirikan menara pun tertutup bagi investasi pihak asing karena tergantikan oleh program pemakaian menara bersama. Regulasi ini juga memberikan kesempatan bagi tiap-tiap daerah menetapkan lokasi menara sesuai tata ruang yang dipublikasikan secara terbuka dan pemilik/penyedia menara untuk menyampaikan informasi mengenai persyaratan penggunaan menara bersama secara lebih transparan. Akan tetapi penetapan Pemerintah Daerah menurut BRTI tetap harus mengacu pada SK Bersama Menkominfo, Depdagri dan Pekerjaan Umum.

Benang Merahnya

Persaingan yang sehat dan kompetitif demi menciptakan dunia telekomunikasi yang sejahtera bagi masyarakat merupakan tujuan utama dari lahirnya beberapa regulasi pemerintah. Keadaan ini akan menjadi suatu iklim yang sangat kondusif di dalam menciptakan keserasian antara pemerintah, industri seluler dan masyarakat publik untuk dapat saling bekerjasama. Karena apabila ketiga elemen ini dapat bekerja secara sinergi maka hanya satu konsekuensi yang akan kita terima, yaitu kemakmuran bersama. Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang semakin cerdas melalui penyelenggaraan komunikasi serta informatika yang efisien dan efektif. Amin

Oleh:
ARIF FIRMANSYAH
Mahasiswa Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia
Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perbandingan GSM dengan CDMA

Posted: December 15, 2008 in Telekomunikasi
Tags: , ,

Perbedaan mendasar teknologi GSM dan CDMA

Perbedaan mendasar dari teknologi CDMA adalah sistem modulasinya. Modulasi CDMA merupakan kombinasi FDMA (Frekuensi Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Pada teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi melayani 1 sirkuit pada satu waktu, sedangkan pada TDMA, 1 kanal frekuensi dipakai oleh beberapa pengguna dengan cara slot waktu yang berbeda.

Berikut data teknis perbedaan antara teknologi AMPS, GSM dan CDMA.

perbandingan-amps-gsm-cdma
Pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, dimana pembedaan satu dengan lainnya ada pada sistem coding-nya, sehingga penggunaan spektrum frekuensinya teknologi CDMA sangat efisien. Kelebihan yang ditawarkan CDMA antara lain kualitas suara dan data, harga atau tarif yang lebih murah, investasi yang lebih kecil, dan keamanan dalam berkomunikasi (tidak mudah disadap).

Teknologi GSM dengan GPRS nya akan terlibas dengan content pada CDMA karena keterbatasan akan lebar data dan aplikasi multimedia pada teknologi GSM. Kelebihan teknologi berbasis GSM di Indonesia adalah coverage yanga luas dan roaming jelajah yang sangat luas baik dalam negeri bahkan seluruh dunia, sedangkan CDMA dengan telkomflexi masih sangat terbatas.

Ponsel CDMA ada dua jenis tanpa kartu sehingga nomer panggilnya harus diprogram oleh petugas operator yang bersangkutan, akan tetapi ada juga ponsel CDMA yang dilengkapi dengan RUIM (Removal User Identification Module) atau dalam istilah GSM dikenal dengan SIM Card.

Dari aspek teknologi baik GSM maupun CDMA merupakan standar teknologi seluler digital, hanya bedanya GSM dikembangkan oleh Negara-negara eropa dan bersifat ‘open source’, sedangkan CDMA dari kubu Amerika dan Jepang. Yang perlu diperhatikan bahwa teknologi GSM dan CDMA berasal dari jalur yang berbeda, sehingga perkembangan ke generasi 2,5G dan 3G berikutnya akan berbeda terus.

cdma-gsm

Code Division Multiple Access atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah CDMA, merupakan salah satu teknologi seluler yang sekarang sedang bersaing dengan teknologi GSM. Kedua teknologi ini mempunyai masing-masing kelebihan dan keuntungan tersendiri, karena memang pada dasarnya memiliki konsep teknologi yang berbeda. Akan tetapi kali ini aku akan mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai teknologi CDMA secara lebih khusus terutama tentang teknik spread spectrum, yaitu mengenai Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS), Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), Time Hopping Spread Spectum (TSSS) dan Hybrid Spread Spectrum (FH/DS). Adapun untuk pembahasan secara umum mengenai konsep CDMA yaitu tentang spread spectrum sendiri sudah aku jelaskan sebelumnya dan bisa dilihat di sini.

Sebenarnya ada 4 metode teknik yang digunakan dalam teknologi spread spectrum akan tetapi hanya 2 teknik yang setujui dan diterapkan oleh FCC yaitu FHSS dan DSSS. Untuk lebih jauh mengenal teknik spread spectrum tersebut berikut pembahasan lebih lanjutnya.

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM (FHSS)

Frequency Hopping Spread Spectrum merupakan teknik spread spectrum yang menggunakan teknik lompatan frekuensi yang berubah-ubah pada sinyal carrier untuk membawa suatu data informasi. Sinyal carrier atau sinyal pembawa mengubah-ubah frekuensi, atau melompat menurut urutan yang bersifat pseudorandom. Urutan pseudorandom ini digunakan sebagai suatu daftar beberapa frekuensi ke arah mana pembawa akan melompat pada suatu interval waktu yang ditetapkan sebelum terjadi pengulangan pola tersebut. Transmiter menggunakan urutan lompatan ini untuk memilih frekuensi pemancarnya. Apabila daftar frekuensi tersebut telah terpakai semua, maka transmiter atau pemancar akan mengulangi urutan tersebut.
Berikut blok diagram FHSS.

fhss-blok
Karena kompleksnya teknologi yang digunakan pada FHSS maka perlu dibuat standarisasi aturan. IEEE mengeluarkan standarisasi operasi yang meliputi beberapa kategori sistem di antaranya :
– Band Frekuensi
– Hop Sequences
– Dwell Time
– Data Rate
Keempat parameter tersebut perlu diatur dan distandardkan agar seluruh sistem yang memanfaatkan teknologi FHSS ini dapat saling kompetibel dan bisa digunakan antara yang satu dengan yang lain.

-.Band Frekuensi.-
IEEE 802.11 menetapkan standart data rates sebesar 1 Mbps dan 2 Mbps, sedangkan OpenAir (suatu standar yang diciptakan oleh forum antar operasi LAN nirkabel yang sekarang tidak berfungsi) menetapkan data rates sebesar 800 kbps dan 1.6 Mbps. Agar suatu frequency hopping systems berada pada 802.11 atau sesuai dengan OpenAir, maka ia harus beroperasi pada band frekuensi 2.4 GHz ISM (yang didefinisikan oleh FCC berada pada kisaran dari 2.4000 GHz sampai 2.5000 GHz). Kedua standar ini memungkinkan operasi pada kisaran frekuensi 2.4000 GHz sampai 2.4833 GHz, atau dengan kata lain frequency hopping band memiliki lebar lebih dari 83 MHz.

-.Hop Sequence.-
Untuk menentukan saluran yang digunakan pada FHSS menggunakan hop sequence. Frekuensi hopping bekerja menggunakan hop pattern yang disebut dengan channel. Berikut analogi dari teknik FHSS, dimana pada tiap periode waktu tertentu sinyal carrier akan mengalami perubahan frekuensi.
fhss2
Dari frekuensi di atas yang dimiliki dimungkinkan terdapat pembagian frekuensi hingga 79 sinkronisasi (2.401 GHz – 2.479 GHz dengan masing-masing kanal 1 MHz), dimana dengan system sebanyak ini setiap frekuensi hopping radio membutuhkan sinkronisasi dengan yang lain tanpa adanya interferensi. Frequency hopping system secara tipikal menggunakan 26 pola lompatan sesuai standar dari FCC. Berikut contoh sederhana untuk membantu kita memperjelas maksud hop sequence. Pada gambar di bawah ini memperlihatkan suatu frequency hopping system yang menggunakan urutan lompatan (hop sequence) sebanyak 5 frekuensi pada suatu band yang berukuran 5 MHz. Dalam contoh ini urutannya adalah:
1. 2.449 GHz 4. 2.450 Ghz
2. 2.452 GHz 5. 2.451 Ghz
3. 2.448 GHz
Sedangkan visualisasinya sebagai berikut.

fhss

Setelah radio memancarkan informasi pada pembawa 2.451 GHz, radio tersebut akan mengulang hop sequence (urutan lompatan), kemudian dimulai lagi dari frekuensi 2.449 GHz.

-.Dwell Time.-
Dalam FHSS kita tahu bahwa frekuensi dari carrier akan berpindah-pindah atau melompat-lompat dari frekuensi yang satu ke frekuensi yang lain. Penempatan carrier pada suatu frekuensi memiliki waktu tertentu. Waktu inilah yang dinamakan dwell time. Atau dengan kata lain, dwell time merupakan rentang lamanya waktu yang diperlukan oleh sistem untuk menempati suatu kanal tertentu, sehingga carrier masih akan berada pada suatu frekuensi tertentu selama jangka waktu yang ditetapkan. Ketika dwell time habis, sistem akan berganti ke frekuensi yang berbeda dan memulai untuk mengirim lagi.

-.Hop Time.-
Pada saat suatu frequency hopping radio melompat dari frekuensi A ke frekuensi B maka ia harus mengubah frekuensi pancar dalam salah satu dari dua cara yaitu, radio tersebut harus beralih ke suatu rangkaian yang berbeda yang telah diselaraskan dengan frekuensi baru tersebut, atau ia harus mengubah sebagian elemen dari rangkaian yang ada untuk menyelaraskan dengan frekuensi baru tersebut. Pada tiap cara, proses peralihan ke frekuensi baru harus tuntas sebelum transmisi dapat dijalankan kembali, dan perubahan ini membutuhkan waktu karena adanya latensi listrik yang inheren dalam sistem rangkaian. Terdapat sedikit waktu selama perubahan frekuensi ini dimana radio tersebut tidak memancar, yang disebut hop time. Hop time diukur dalam mikrodetik (μs) dan dengan dwell time yang relatif panjang yaitu sekitar 100-200 ms, hop time menjadi tidak signifikan. Sistem FHSS 802.11 yang tipikal melompat antar saluran dalam waktu 200-300 μs.

hop-dan-dwell-time-2

DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM (DSSS)

DSSS merupakan suatu metode untuk mengirimkan data dimana sistem pengirim dan penerima keduanya berada pada set frekuensi yang lebarnya adalah 22 MHz. Saluran yang lebar ini memungkinkan piranti untuk memancarkan lebih banyak informasi pada data rate yang lebih tinggi dibanding FHSS system yang ada sekarang.

Teknik spreading yang terkenal dan banyak dipilih para produsen dalam desain produk adalah Direct Sequence Spread Spektrum (DSSS). Sistem ini dipilih karena adanya kemudahan dalam mengacak data yang akan dispreading. Disamping itu, DSSS juga mempunyai unjuk kerja terbaik untuk gangguan noise dan anti jamming, serta paling susah untuk dideteksi. Dalam DSSS spreading hanya menggunakan sebuah generator noise yang periodik yang di sebut Pseudo Noise Generator. Namun ada kekurangan pada DSSS ini yang sering menjadi kendala dalam implementasinya, yaitu pada proses sinkronisasi sinyal yang diterima dengan sinyal dari generator noise lokal pada penerima.

DSSS menggabungkan sinyal data pada stasiun pengirim dengan suatu data rate bit sequence yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai chipping code atau processing gain. Processing gain yang tinggi meningkatkan tahanan sinyal terhadap interferensi. Adapun standar processing gain dari FCC adalah minimum 10, seddangkan 802.11 IEEE menetapkan minimum 11.
Berikut blok diagram dari DSSS.

dsss-blok

Proses direct sequence memodulasi carrier dengan suatu code sequence. Jumlah “chips” dalam code tersebut akan menentukan seberapa besar penyebaran (spreading) yang terjadi, dan jumlah chip per bit dan laju code (dalam chip per detik) akan menentukan data rate. Adapun yang perlu diatur di dalam teknologi DSSS adalah band frekuensi dan pengaturan saluran.

-.Band Frekuensi.-
Pada 2.4 GHz ISM band, IEEE menetapkan penggunaan DSSS pada data rate 1 atau 2 Mbps menurut standar 802.11. Sedangkan untuk standar 802.11b (high-rate wireless) menetapkan data rate sebesar 5.5 dan 11 Mbps. Piranti IEEE 802.11b yang bekerja pada 5.5 atau 11 Mbps mampu berkomunikasi dengan piranti-piranti 802.11 yang bekerja pada 1 atau 2 Mbps karena standar 802.11b menyediakan backward compatibility. Atau dengan kata lain, user yang menggunakan piranti-piranti 802.11 tidak perlu mengupgrade keseluruhan piranti LAN nirkabel mereka untuk dapat menggunakan piranti-piranti 802.11b pada jaringan mereka. Sedangkan teknologi 802.11g menjadi teknologi 54 Mbps pertama yang memiliki backward compatibility dengan piranti 802.11 dan 802.11b. Teknologi 802.11g merupakan sistem direct sequence yang bekerja pada 2.4 GHz ISM band yang dapat mengirimkan data hingga mencapai data rate sebesar 54 Mbps.

-.Co-Channel.-
Berbeda dengan frequency hopping system yang menggunakan hop sequences untuk mendefinisikan saluran, direct sequence system menggunakan suatu definisi saluran yang lebih konvensional. Tiap saluran merupakan suatu band frekuensi yang bersebelahan yang lebarnya 22 MHz. Saluran 1, misalnya, bekerja dari frekuensi 2,401 GHz sampai 2,432 GHz (2,412 GHz ± 11 MHz); saluran 2 bekerja dari 2,406 sampai 2,429 GHz (2.417 ± 11 MHz), dan seterusnya. Berikut visualisasinya.
dsss

Kita dapat melihat bahwa saluran 1 dan 2 bertumpang tindih (overlap) dengan suatu besaran yang signifikan. Pemakaian sistem DSSS dengan saluran-saluran yang bertumpang-tindih (overlapping channel) akan menimbulkan interferensi antar-sistem tersebut. Jika kita melihat gambar di atas maka terdapat jarak 5 Mhz dari masing-masing frekuensi sentral (mis. saluran 1 f-sentral = 2,412 GHz sedangkan saluran 2 f-sentral = 2,417 dan seterusnya). Maka dengan demikian saluran-saluran hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang sama dan yang terpisah satu sama lain yaitu saluran 1, 6 dan 11 tidak bertumpang-tindih; saluran 2 dan 7 tidak bertumpang-tindih, dan seterusnya.
dsss2
PERBANDINGAN FHSS DAN DSSS

Teknik spread spectrum antara FHSS dan DSSS memiliki perbedaan cara dan metode, oleh karenanya pada kedua teknik tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri antara yang satu dengan yang lain. Dari kesimpulan pemaparan di atas maka ada beberapa poin yang dapat kita bandingkan, di antaranya :
• Interferensi narrowband
• Biaya
• Co-lokasi
• Kompatibilitas dan ketersediaan peralatan

-.Interferensi Narrowband.-
Keunggulan dari teknologi FHSS meliputi resistensinya yang lebih besar terhadap interferensi narrowband. Sistem DSSS mungkin lebih dipengaruhi oleh interferensi narrowband jika dibanding sistem FHSS karena sistem tersebut menggunakan band-band yang berdekatan dengan lebarnya 22 MHz, bukannya 79 MHz seperti yang digunakan pada sistem FHSS.

-.Biaya.-
Biaya untuk mengimplementasikan suatu direct sequence system jauh lebih rendah jika dibanding dengan biaya frequency hopping system. Karena pada direct sequence untuk tiap peralatan memiliki kanal frekuensi tersendiri sehingga komponen yang diperlukan satu peralatan lebih sederhana.

-.Co-lokasi.-
Keunggulan dari FHSS jika dibanding DSSS adalah kemampuannya untuk menepatkan lebih banyak frequency hopping system secara bersamaan jika dibanding pada direct sequence system. Karena frequency hopping system merupakan frekuensi yang memiliki agilitas tinggi dan memanfaatkan 79 saluran diskrit, maka frequency hopping system memiliki suatu keunggulan ko-lokasi, dibanding direct sequence system, yang memiliki co-lokasi maksimum 3 titik akses (pada satu area bisa digunakan maksimum 3 kanal frekuensi). Akan tetapi jika kita membandingkan throughput dari keduanya maka DSSS masih lebih unggul daripada FHSS, karena DSSS memiliki maksimum 3 titik akses.

-.Kompatibilitas dan ketersediaan peralatan.-
WECA (Wireless Ethernet Compatibility Alliance) melakukan pengujian atas peralatan LAN nirkabel DSSS yang sesuai dengan standar 802.11b untuk menjamin bahwa peralatan semacam itu dapat bekerja pada kondisi adanya dan beroperasi bersama dengan piranti DSSS standar 802.11 lainnya. Standar interoperasibilitas yang diciptakan oleh WECA yang sekarang pemakaiannya disebut sebagai Wireless Fidelity, atau Wi-Fi. Sedangkan untuk FHSS belum ada organisasi yang mau melangkah lebih jauh untuk melakukan semacam pengujian kompatibilitas seperti pada DSSS.

Semoga dengan sedikit catatan penjelasan tentang teknologi spread spectrum di atas, dapat memberikan gambaran kepada kita semua dan semakin mencerdaskan kita tentang teknologi-teknologi seluler saat ini, terutama teknologi spread spectrum pada CDMA. Demi perbaikan yang ada mengenai tulisan di atas maka alangkah baiknya jika di dalam forum ini diharapkan akan terjadi banyak diskusi yang dapat kita bahas bersama. OK?
Bangsa yang cerdas ada karena masyarakat yang cerdas pula.

Referensi : Jurnal DASI (Perbandingan FHSS dan DSSS); DenayerInstitute-handbook.