Menaklukkan Gunung Papandayan

Posted: November 20, 2011 in Cerita

Yaa… “Menaklukkan Gunung Papandayan” mungkin ini kali ya judul yang pas buat tulisanku hari ini, daripada aku tulis judulnya dengan “Segerombolan Pemuda Ramai-ramai Berbagi Kenikmatan di Puncak Papandayan” ntar jadinya mirip seperti tulisan yang berbau mesum dan 17+ saja, oh… atau aku ganti saja menjadi “Belum Ada Judul” malah jadi mirip seperti judul film porno… -_-” #eh iya tah itu judul film porno aku nggak tau lho, suer….

Oh iya, kalau ada yang belum tahu, cerita ini merupakan cerita lanjutanku dari cerita post sebelumnya yang judulnya ‘Serunya Kisah (Absurd) Perjalanan Menuju Gunung Papandayan‘. Cerita itu menjelaskan tentang bagaimana kisah perjalanan hingga menuju Gunung Papandayan. Nah untuk kali ini, aku akan bercerita fokus tentang kegiatan yang ada di Puncak Papandayan, kisah camping dan hal-hal absurd lainnya di sana.

Menaklukkan gunung Papandayan, ternyata sama susahnya dengan menaklukkan hatinya cewek. Susahnya di awal dan perlu usaha keras (maksudnya waktu mendaki ke puncak gunung lho ya), tapi kalau sudah kena, mau dinikmati seperti apa saja, enaknya minta ampun sampai bikin ketagihan lagi dan lagi, bikin ketagihan lihat pemandangan alam maksudnya (eh ini bahasannya tetap fokus lho ya masalah mendaki gunung, jangan berpikir ke yang aneh-aneh, emangnya aku mau cerita mesum apa..?? hhehe)

Oh ya, sebelum mendaki kita juga diharuskan menyerahkan dahulu KTP atau fotocopy-nya ke petugas yang jaga, agar terdaftar dan bisa membantu apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

08.30 WIB. Setelah cuci muka, bersih-bersih dan mempersiapkan perlengkapan pendakian lainnya, sekitar pukul itu kita mulai beranjak untuk mendaki menuju puncak… yes yes saatnya menuju puncak ‘kenikmatan’ gunung Papandayan. Oh ya, disetiap jalan pendakian ke atas kita tidak lupa untuk mengabadikan moment indahnya pemandangan alam pegunungan Papandayan dan sekaligus melakukan ritual rutin kita selama perjalanan, mau tahu ritualnya apaan, yaitu foto-foto seperti ini… hehehe *narsis bin exist


Perjalanan menuju ke atas memerlukan waktu yang lumayan cukup lama sekitar 4 jam, karena memang medan juga mungkin yang begitu keras dan berbatuan. Bahkan asap-asap belerang pun turut meramaikan perjalanan kita. Jalan naik turun dan terkadang jurang curam pun kita lalui.

Di tengah-tengah perjalanan kita ditemukan kejadian yang boleh aku bilang absurd. Siapa sangka coba, dengan medan yang ekstrim seperti gambar di atas ternyata kita dikagetkan dengan orang yang mendaki menggunakan sepeda motor yang lewat begitu saja di depan kita dengan seenaknya, apalagi sepeda motor yang digunakan sepeda bebek… -_-!, bayangkan saja… orang jalan susahnya minta ampun, eh malah dia pakai sepeda motor. Selintas kita pikir nggak mungkin sepeda motor itu bisa naik, eh ternyata kita salah, buset.. kalah dah sepeda motor rally dipegunungan dengan sepeda bebek orang itu…

Lama di jalan dan kehilangan arah membuat kita harus istirahat di tengah-tengah perjalanan menuju puncak sejenak, sambil mengembalikan arah perjalanan ke lokasi kita tuju. Sambil istirahat, makan bekal, kita juga tidak lupa melakukan ritual rutin…. foto-foto lagi maksudnya… hahahah *maklum beginilah kalau kita punya hobi yang sama… 😀

10.30 WIB. Setelah istirahat sebentar kita mulai lagi melakukan pendakian, kalau tidak salah waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Perjalanan kita semakin diuji dengan datangnya hujan, basah-basahan sudah menjadi resiko, asal pakaian ganti dan peralatan elektronik kita aman di tas dari air hujan.

Pelajaran 1 –> “Di dalam melakukan perjalanan – outbond, kita harus mempersiapkan diri dan perlengkapan dengan segala cuaca”

Semakin ke atas, semakin tidak tahu arah kemana lokasi yang kita tuju, karena pada waktu itu kita hanya berpatokan kita harus menuju tempat yang paling tinggi. Dan secara tidak sadar pula ternyata kita menemukan tempat yang sangat aneh, semakin ke atas semakin putih pula tempatnya dan tidak ada tetumbuhan sama sekali kecuali batang pohon-pohon bekas terbakar oleh gunung meletus. Ketika itu pula kita ingat, wah ini dulu Gunung Papandayan kan sempat meletus belum lama, dan saat ini kita berada di titik paling dekat dengan bekas letusan gunung atau bahkan pas di tempat jalannya lava… wah busettt…

Kondisi kabut dan hujan yang datang tidak memungkinkan kita turun kembali dan kembali menuju jalan yang benar… :D, akhirnya kita memutuskan untuk membuat tenda di tempat tersebut. Sempat satu orang dari kita tidak setuju dengan mendirikan tenda di sini… awalnya juga aku nggak setuju, bayangkan saja sudah paling tinggi, kondisi hujan plus petir yang bergemuruh, ternyata tanah yang kita tempati itu ada bekas longsor yang jaraknya tidak jauh 20 meter dari tempat kita. Nggak lucu kalau kemudian besok kita semua muncul di TV dengan HotNews, “Ditemukan 7 Pemuda Tersambar Petir di Puncak Papandayan”, atau “7 Pemuda Tertelan Oleh Timbunan Tanah Longsor di Puncak Papandayan”. Ya, apadaya… karena kita memang tidak bisa turun dengan cuaca seperti ini dan mendapatkan resiko yang lebih besar membahayakan, akhirnya kita mendirikan tenda di tempat ini juga.

Malam itu pun aku nggak berhenti-hentinya berdoa supaya tidak terjadi apa dan nggak ingin mati duluan karena longsor apalagi sampai tersambar petir. Karena alasannya cuman satu, Ya Alloh saya khan belum menikah… belum merasakan nikmatnya dunia itu…. hehehe

Sekilas aku dan bahkan rekan-rekan lainnya secara nggak sadar, sepertinya kita merasa camping bukan di Gunung Papandayan, Garut melainkan di Pegunungan Alpen, Swiss yang penuh dengan salju putih dan udara yang sangat dingin. Tapi di sini bedanya putih bukan karena salju tapi karena bekas abu/lava… 😀

Tidak percaya nih hasil jepretan yang menggambarkan seolah-olah kita bukan di Mt Papandayan – Garut tapi Mt Alpen – Swiss…

Oh ya ada yang pingin tahu nggak, aktifitas seperti apa saja yang kita lakukan selama di puncak Papandayan..?? Nih aku kasih beberapa gambar-gambar yang sempat kita abadikan, mengingat koneksi inet yang lemot jadi aku upload hanya beberapa, kalau mau yang lainnya bisa cek album foto-fotonya di Facebookku.

Cuaca di atas tidak menentu, sesaat cerah, sesaat kemudian hujan, apalagi lebih-lebih kabut juga sering turun. Mengingat kondisi tenda juga yang kurang bagus, jadi kita sering makan dan tidur sambil basah-basahan… sampai-sampai ada juga yang sempatnya mimpi basah… hehehe *entah karena basah hujan atau karena basah lainnya… (ada-ada saja). Meskipun sangat dingin di atas, kita juga masih menyempatkan mandi lho (yang mandi), bahkan dari kita ada yang sempat-sempatnya mandi di subuh yang sangat ekstrim sekali temperature-nya karena mau tidak mau harus mandi (mandi besar bagi yang tadi malam mimpi basah…ckckck, aku nggak akan sebut namanya ntar malu dia.. hahaha). Lebih-lebih beribadah wajib pun tidak akan kita tinggalkan, meskipun angin dan udara dingin bercampur menjadi satu, kalau biasanya kita sholat beratapkan eternit/asbes, sekarang kita sholat langsung dari titik tertinggi Papandayan dan beratapkan langit… #terasa lebih dekat denganNya

Nah kalau berikut ini beberapa gambar pemandangan yang kita ambil dari sekitar lokasi camping, serasa berada ada di negeri, di atas awan….

Sebenarnya masih ada banyak sekali cerita-cerita seru lainnya selama di Puncak Papandayan. Mulai dari adventure menelusuri hutan pegunungan demi mencari bunga ‘Edelweiss’ – bunga abadi – kata orang bilang, sampai bagaimana cara beol di atas gunung, semua ada ceritanya. Tapi aku nggak mau membahas masalah beol di sini ntar bikin kalian terangsang lagi *ingat ini bukan blog mesum :D, aku yakin setiap kita punya cerita sendiri-sendiri, dan ini pun baru cerita dari aku. Mungkin sampai di sini dulu ceritanya, karena cerita di halaman ini sudah terlalu panjang, kasihan sama mbak-mbaknya kalau kepanjangan.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-temanku yang sudah berbagi pengalaman dan tempat tidur di tenda kemarin.. hehe, maaf aku dulu aku pernah menjanjikan akan menulis cerita petualangan ini di blogku dan baru sekarang aku sempat menulisnya, semoga kita ke depan bisa membuat cerita seperti ini kembali dan lebih menarik. A Papandayan in stories….

Comments
  1. Anung says:

    Pendakian tersebut dilakukan kapan ya? tks

  2. Kalau tidak salah Maret 2011 kawan…

  3. marina says:

    Bayangkan seandainya begitu sampe puncak, kalian disambut oleh dara2 cantik & sexy
    “7 icons”….ah..ah.. gak kuat (udah pada letoy soalnya :D)

  4. Wah nggak bisa bayangin mau ngapain di sana ntar klo ada dara-dara cantik dan 7 icons, bisa-bisa nggak turun-turun dari ‘gunung’… 😀

  5. yusufrina says:

    nice sharing gan, 😉

  6. […] Ini adalah kisah pendaki gunung dalam pengalamannya menaklukkan gunung Papandayan, Garut Jawa Barat. Di atas puncak gunung yang sangat dingin berselimut kabut dan hamparan sisa letusan gunung, mereka tetap melaksanakan sholat walau dengan beberapa keterbatasan. Baca kisahnya […]

Leave a comment